Pada masa-masa awal pengembangan perangkat lunak, pemrograman dipandang sebagai seni, namun kini pengembangan perangkat lunak secara bertahap menjadi disiplin teknik. Namun, pengembang masih percaya pada beberapa mitos. Beberapa mitos pengembang umumnya seperti pernyataan bahwa pengembangan perangkat lunak dianggap lengkap saat kode dikirimkan. Faktanya, 50% sampai 70% dari semua upaya dikeluarkan setelah perangkat lunak dikirim ke pengguna.
Mitos lainnya, sebagai contoh, keberhasilan sebuah proyek perangkat lunak bergantung pada kualitas produk yang dihasilkan. Faktanya, kualitas program bukan satu-satunya faktor yang membuat proyek berhasil, namun dokumentasi dan konfigurasi perangkat lunak juga berperan penting.
Selain itu, ada juga yang beranggapan bahwa rekayasa perangkat lunak tidak memerlukan dokumentasi, hal ini dapat memperlambat proyek. Faktanya, rekayasa perangkat lunak harus mengutamakan kualitas pada setiap tingkat proyek perangkat lunak. Dokumentasi yang tepat akan meningkatkan kualitas sehingga mengurangi jumlah pengerjaan yang dilakukan berulang-ulang.
Anggapan lainnya seperti satu-satunya produk yang dikirimkan setelah selesainya proyek adalah program kerja. Faktanya, capaian keberhasilan proyek mencakup tidak hanya program kerja tetapi juga dokumentasi untuk membimbing pengguna dalam menggunakan perangkat lunak.
Pernyataan yang sering terjadi seperti kualitas perangkat lunak hanya bisa dinilai setelah program dijalankan. Faktanya, kualitas perangkat lunak dapat diukur selama tahap proses pengembangan dengan menerapkan beberapa mekanisme penjaminan kualitas. Salah satu mekanisme tersebut adalah formal technical review (FTR) yang dapat digunakan secara efektif selama setiap tahap pengembangan, untuk menemukan kesalahan tertentu.
Belajar terkait perangkat lunak, MENARIK kan ? Nah, Program Studi S1 Rekayasa Perangkat Lunak (S1 Software Engineering) ST3 Telkom Purwokerto menyelenggarakan matakuliah-matakuliah terkait Rekayasa Kebutuhan Perangkat Lunak yang sangat menarik. Pada matakuliah tersebut kita langsung belajar best practices seperti proses, tools, teknik, dan bidang pengetahuan yang dibutuhkan untuk ilmu rekayasa perangkat lunak. Ini akan jadi bekal berharga Anda untuk menekuni karir sebagai Software Engineer dan/atau Technopreneur.