Kemahiran dalam mengorganisir, mendata, dan memperhatikan setiap detail yang ada merupakan kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Software Tester untuk dapat menemukan kesalahan atau hal yang dapat ditingkatkan dalam pengembangan Software.
Orang cenderung menganggap profesi QA adalah pekerjaan yang mudah, karena tugasnya adalah ‘hanya’ menguji perangkat lunak untuk menemukan beberapa bug atau kesalahan, melaporkannya kepada pengembang, kembali menguji lagi, kemudian melaporkan lagi, dan mengulangi. Tetapi menjadi seorang tester merupakan pekerjaan yang lebih dari itu.
Mitos #1 Testing merupakan hal yang mudah
Testing QA yang tepat merupakan sesuatu yang dapat menjadi tantangan tersendiri bagi seorang tester yang berpengalaman. Merencanakan pengujian, membuat kasus pengujian, menjalankan pengujian regresi, menulis langkah-langkah mendetail untuk memproduksi bug adalah beberapa tugas yang harus dilakukan dengan kesabaran dan perhatian besar terhadap detail.
Keterampilan analitis yang tinggi diperlukan saat menguji perangkat lunak untuk banyak kemungkinan kasus penggunaan dengan kasus uji minimum.
Mitos #2 Siapapun dapat melakukan testing manual
Siapapun dapat memasak, tapi tidak semua orang dapat membuat makanan enak. Hanya chef yang berpengalaman dalam memasak yang dapat membuat makanan yang memiliki rasa yang enak.
Software QA testing memiliki konsep yang sama seperti memasak. Tugas yang mereka lakukan hanya dapat dilakukan dengan baik melalui pengalaman. Pengujian yang efektif dan efisien membutuhkan banyak keahlian dan pengetahuan.
Mitos #3 Testing memastikan Software yang 100% terbebas dari bug
Menemukan bug sebanyak mungkin adalah salah satu tujuan pengujian QA, sambil memastikan fitur berfungsi sesuai dengan persyaratan yang ada. Tetapi, software yang 100% tanpa bug merupakan hal yang hampir mustahil.
Mitos #4 Spesialis QA tidak dibutuhkan, developer dapat melakukan testing tanpa masalah
Beberapa orang berpikir bahwa peran penguji QA perangkat lunak dalam siklus hidup pengembangan tergantung pada ukuran perusahaan. Di perusahaan kecil, semua proses pengujian dapat dilakukan oleh pengembang mereka. tetapi bagaimana jika pengembang memiliki banyak tugas dengan tenggat waktu yang ketat. Mereka mungkin tidak dapat berkonsentrasi untuk melakukan uji regresi terperinci sementara juga menghadapi pengulangan uji Software.
Mitos #5 Pengujian otomatis lebih andal daripada pengujian manual
Sentuhan manusia diperlukan untuk melihat dan merasakan jika UI / UX cukup baik untuk pengguna.Manusia dibutuhkan untuk memastikan posisi tombol sudah benar. Pengujian otomatis dapat memberi tahu apakah koordinatnya benar, tetapi hanya pengalaman manusia yang dapat memberi tahu kami jika tombol ditempatkan dan ditampilkan dengan benar. Pengujian manual sangat penting untuk sentuhan manusia ini.
Source : https://medium.com/cermati-tech/five-myths-of-testing-by-a-software-qa-27edb179fad
Ditulis ulang oleh Erie